Munculnya De-Globalization dan Dampaknya pada Rantai Pasok Teknologi

Munculnya De-Globalization dan Dampaknya pada Rantai Pasok Teknologi

0 0
Read Time:1 Minute, 41 Second

Taipei – Setelah beberapa dekade dominasi globalisasi, dunia kini menyaksikan tren yang berlawanan yang signifikan: De-Globalization atau de-coupling, terutama dalam rantai pasok teknologi kritis. Pergeseran ini didorong oleh ketegangan geopolitik (khususnya antara AS dan Tiongkok), pandemi yang mengungkap kerentanan rantai pasok yang terlalu terkonsentrasi, dan kebijakan proteksionis yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan nasional (national resilience) dalam produksi komponen penting.

Fokus utama dari de-globalization ini adalah industri semikonduktor dan mineral kritis. Pemerintah di Barat dan Asia berinvestasi triliunan dolar untuk mendorong “reshoring”—membawa kembali atau setidaknya mendekatkan (friend-shoring) produksi chip ke dalam negeri atau ke negara-negara sekutu. Contoh paling jelas adalah UU CHIPS di Amerika Serikat dan inisiatif serupa di Uni Eropa, yang memberikan subsidi besar untuk pembangunan pabrik fabrikasi (fab) baru di wilayah mereka sendiri. Tujuannya adalah mengurangi ketergantungan kritis pada satu wilayah, seperti Asia Timur.

Dampak ekonomi dari de-globalization bersifat kompleks. Di satu sisi, ia menciptakan efisiensi biaya yang lebih rendah karena produksi dalam negeri seringkali lebih mahal daripada di luar negeri. Hal ini berpotensi meningkatkan biaya barang elektronik dan mobil. Di sisi lain, reshoring menciptakan keamanan pasok yang lebih tinggi dan lapangan kerja bergaji tinggi di negara-negara maju, serta stabilitas yang lebih baik terhadap shock eksternal seperti pandemi atau konflik.

Perusahaan-perusahaan multinasional juga harus melakukan penyesuaian yang rumit. Mereka tidak lagi dapat mengandalkan satu rantai pasok global tunggal; sebaliknya, mereka harus mengadopsi strategi “China + 1” atau bahkan “Regionalization”, membangun jalur pasok ganda dan terpisah yang melayani pasar yang berbeda—satu di Asia, satu di Eropa, dan satu di Amerika. Strategi ini memerlukan investasi modal yang besar, tetapi dianggap sebagai biaya yang diperlukan untuk mengurangi risiko geopolitik.

Meskipun de-globalization tidak berarti akhir dari perdagangan internasional, ia menandai akhir dari era integrasi yang naif. Masa depan dicirikan oleh blok-blok perdagangan yang lebih berhati-hati, di mana perdagangan barang sensitif (seperti AI chip) akan diatur ketat oleh keamanan nasional. Dunia bisnis harus beradaptasi dengan realitas baru: ketahanan dan keamanan pasok kini lebih diutamakan daripada efisiensi biaya yang ekstrem.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %