Mengapa Jepang Lambat dalam Transisi EV Massal (Fokus Hybrid)

Mengapa Jepang Lambat dalam Transisi EV Massal (Fokus Hybrid)

0 0
Read Time:1 Minute, 9 Second

Meskipun dikenal sebagai pelopor teknologi otomotif, Jepang tampak lambat dalam transisi massal ke Kendaraan Listrik Baterai (Battery Electric Vehicles – BEV), alih-alih mempertahankan fokus kuat pada teknologi Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Fuel Cell Vehicle (FCV). Strategi unik ini memiliki akar historis, ekonomi, dan pandangan yang berbeda tentang masa depan energi.

Produsen mobil Jepang berargumen bahwa HEV (seperti Toyota Prius) menawarkan solusi yang lebih praktis untuk saat ini, karena tidak memerlukan infrastruktur pengisian daya yang masif dan mengatasi range anxiety. Mereka meyakini bahwa HEV adalah jembatan yang diperlukan sebelum teknologi baterai dan infrastruktur benar-benar matang secara global.

Selain itu, Jepang juga sangat berinvestasi pada FCV (hidrogen), melihatnya sebagai solusi energi bersih utama jangka panjang, terutama untuk kendaraan besar dan transportasi publik. Pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa hidrogen memiliki densitas energi yang lebih tinggi dan pengisian yang lebih cepat dibandingkan baterai.

Kelambatan dalam adopsi BEV juga terkait dengan kekhawatiran terhadap pasokan bahan baku baterai, terutama litium. Namun, tekanan dari pasar global, terutama Tiongkok dan Eropa, memaksa produsen Jepang untuk meningkatkan investasi dan peluncuran model BEV mereka, mengisyaratkan adanya penyesuaian strategi yang signifikan dalam waktu dekat.

Intisari: Jepang lambat dalam transisi EV massal karena fokus pada teknologi Hybrid Electric Vehicle (HEV) sebagai solusi jembatan yang praktis dan investasi besar pada Fuel Cell Vehicle (FCV) hidrogen sebagai solusi jangka panjang; Namun, tekanan pasar global memaksa mereka untuk meningkatkan investasi BEV.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %