Burnout Digital dan Tren Slow Living sebagai Penyeimbang Kecepatan Hidup

Burnout Digital dan Tren Slow Living sebagai Penyeimbang Kecepatan Hidup

0 0
Read Time:45 Second

Kyoto – Di tengah budaya kerja hustle dan tuntutan untuk selalu on 24/7, Burnout Digital telah menjadi masalah gaya hidup yang meluas, ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang kronis akibat paparan teknologi dan pekerjaan tanpa henti. Sebagai respons, tren Slow Living (Hidup Lambat) menawarkan filosofi penyeimbang.

Slow Living adalah gerakan yang mendorong individu untuk mengurangi kecepatan hidup, lebih hadir (mindful) di saat ini, dan melakukan segala sesuatu dengan kualitas, bukan kuantitas. Ini bukan berarti tidak produktif, tetapi bekerja dan hidup dengan sengaja, memberikan waktu yang memadai untuk istirahat, hobi, dan hubungan sosial.

Dalam konteks digital burnout, Slow Living berarti menetapkan batasan yang tegas dengan teknologi—seperti menjadwalkan blok waktu tanpa notifikasi, menghindari pemeriksaan email di luar jam kerja, dan memprioritaskan aktivitas non-layar. Gaya hidup ini menekankan bahwa hidup yang lebih kaya dan berkelanjutan dapat dicapai dengan memilih kualitas dan makna di atas kecepatan dan efisiensi yang didorong oleh teknologi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %