Truk adalah tulang punggung logistik dunia. Namun, dengan meningkatnya teknologi, muncul inovasi baru: truk otonom. Kendaraan besar tanpa sopir ini menjanjikan efisiensi, keselamatan, dan biaya operasional yang lebih rendah.
Beberapa perusahaan teknologi sudah menguji coba truk otonom di jalur interstate Amerika. Hasilnya cukup menjanjikan: efisiensi bahan bakar meningkat, kecelakaan menurun, dan waktu tempuh lebih singkat.
Keunggulan utama truk otonom adalah tidak mengenal lelah. Sopir manusia memiliki batas jam kerja, sedangkan truk otonom bisa beroperasi 24 jam penuh. Ini membuat rantai pasok lebih lancar.
Namun, ada tantangan besar. Truk otonom harus mampu menghadapi kondisi jalan yang kompleks, cuaca buruk, hingga interaksi dengan pengendara lain. Teknologi sensor LIDAR, kamera, dan radar menjadi kunci.
Isu lapangan kerja juga jadi sorotan. Jutaan sopir truk di seluruh dunia bisa kehilangan pekerjaan jika teknologi ini diadopsi massal. Pemerintah perlu menyiapkan solusi transisi untuk tenaga kerja.
Keamanan siber pun jadi perhatian. Bayangkan jika truk otonom diretas dan digunakan sebagai senjata. Regulasi keamanan harus ketat untuk mencegah hal ini.
Meski masih dalam tahap uji coba, truk otonom terus menarik perhatian investor. Startup seperti TuSimple dan Aurora, hingga raksasa seperti Tesla, bersaing ketat dalam mengembangkan teknologi ini.
Kesimpulannya, truk otonom bisa jadi revolusi logistik global. Namun, transisinya tidak akan mudah dan membutuhkan regulasi, infrastruktur, serta kesiapan sosial yang matang.